Peristiwa Natal mengingatkan kita kembali untuk ‘hidup sebagai keluarga Allah". Dimana umat Kristiani merayakan kelahiran sang juru selamat umat manusia. Oleh sebab itu umat kristen perlu melakukan persiapan rohani, karena yang akan disambut adalah Mesias (penebus dosa manusia).
Dalam hal persiapan rohani selain untuk menyambut kelahiran Tuhan untuk menebus dosa-dosa manusia, persiapan rohani ini juga untuk mengingatkan manusia menyambut Tuhan yang akan datang suatu hari kelak untuk mengadili orang hidup dan yang mati. Yang mana juga umat Kristen diwajibkan belajar mengenali kehadiran-Nya melalui peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
Kata "Adven" berasal dari bahasa Latin yaitu : Adventus, yang artinya (datang). Dalam gereja Katolik masa Adven ini disebut juga Masa Persiapan (penantian). Umat dalam dalam mempersiapkan kedatangan Tuhan, persiapan rohani tersebut yaitu pertobatan (masa pertobatan). Hal ini tertuang dalam Katekismus Gereja Katolik, yang isinya sebagai berikut :
"Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias. Dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua". (KGK 524).Tradisi kalender liturgi katolik menyatakan dengan sangat jelas bahwa sebelum tanggal 25 Desember tidak ada “perayaan Natal”. Bahkan misa meriah tanggal 24 Desember pun biasa disebut “Malam Natal” (vigili natalis). Itu berarti, hari-hari sebelum tanggal 25 Desember masih berada dalam suasana Advent yang identik dengan masa-masa pertobatan.
Dengan demikian gagasan ini mengaju pada satu jawaban tegas "sebaiknya merayakan Natal setelah tanggal 25 Desember. Maka dengan sangat jelas apa itu masa Adven! Bagaimana mau pesta Natal di masa Adven?
Alasan mengapa umat merayakan Natal sebelum 25 Desember
Beberapa alasan yang sering dipakai umat untuk merayakan Natal sebelum tanggal 25 Desember :
- Kalender Nasional menyatakan hari Natal 25 Desember tersebut adalah hari libur Nasional.
- Maka jika Natal diadakan tanggal 25 Desember, ditakutkan perayaan Natal tersebut tidak akan semarak akibat sebagian umat sudah berlibur (pulang kampung).
- Agar pada tanggal 25 Desember tersebut dapat merayakan Natal dengan anggota keluarga tercinta (pulang kampung).
Padahal jika hanya untuk berlibur atau merayakan Natal bersama anggota keluarga sebenarnya masih dapat dilakukan sesudah tanggal 25 Desember, malam Tahun Baru, atau paling tidak saat Tahun baru tiba.
Mengambil Sikap
Jika lingkungan tinggal atau kantor dimana kita bekerja menyelenggarakan perayaan Natal "Ekumenis" bersama anggota jemaat kristen non-katolik, lalu bagaimana kita harus menyikapi hal itu?
Menolak hadir perayaan Natal pasti tidak mungkin, karena sebagai anggota lingkungan ataupun pegawai di tempat kerja, menolak hadir maka bisa saja “dikucilkan” dan dianggap tidak toleran dengan semangat kebersamaan kristiani.
Memutuskan hadir dalam perayaan Natal tersebut, sekalipun secara nurani meyakini itu belum saatnya (membuat perasaan hati tidak nyaman).
Jika keadaan mengharuskan untuk mengadiri undangan Natal sebelum tanggal 25 Desember, maka setidaknya maknailah di lubuk hati yang terdalam, bahwasanya ini "perayaan penyambutan Natal" dan tidak melibatkan diri secara langsung (ikut menjadi panitia, pembawa acara, pengisi acara, pengurus ataupun seksi-seksi yang terlibat di dalam kegiatan tersebut).
Renungan :
Apakah aku sungguh-sungguh menyediakan tempat bagi Kristus di dalam hidup ku, di dalam hati ku? Ataukah hidup ku terlalu penuh sesak dengan urusan lain dalam menyambut Kristus?
Apakah hatiku telah penuh dengan kegembiraan dan kecemasan ku sendiri?
Penuh keinginan memperoleh kemewahan atau kenikmatan dunia?
Sehingga tiada tempat lagi bagi Kristus, seperti yang terjadi di Betlehem pada malam itu?
Kelahiran Kristus menunjukkan kepada kita, bahwa hidup kita sekarang ini ada maknanya. Makna hidup kita itu ialah "adanya keterlibatan Allah dalam hidup kita".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar